Desember 16, 2008

HuKuman...!!!

Posting kedoa . tulisan ini ke'inspirasi (byar bahasanya keren aja..padahal asli nyontek.) dari seboah buku kepribadian yang judulnya Setengah Isi Setengah Kosong( Half Full Half Empty) yang blom lama niy qw baca (minjem sie.. kliatan bgt g modal) . n qw ngambil salah satu kisah yang cukup menarik wad diikutin... secara qw yang baca jugag ikud merinding disco bacanya.. (mRinding Disco aLa Qw pastinya...huehuehe)

ne salah satu judulnya...

Hukuman

Dikisahkan sepasang suami istri yg mempunyai seorang anak yang masih berusia 3 tahun, anggap saja namanya ita. Setiap hari anak ini ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang pergi bekerja. Demikian lah hari – hari anak ini hanya ditemani oleh pembantunya dirumah.

Namanya juga anak-anak, suka mengeksploitasi diri, ita pun demikian. Sambil bermain dia mencoret-coret tanah dihalaman dengan lidi, sementara pembantunya menjemur kain dekat garasi. Puas dengan mencoret tanah, ia menemukan sebuah paku berkarat dan mulai mencoba untuk menggores – gores mobil ayahnya yang berwarna hitam. Karena masih baru, mobil tersebut jarang dipergunakan oleh ayahnya kekantor. Maka, penuhlah mobil tersebut dengan coretan gambar ita.

Begitu ayahnya pulang, dengan bangga ita memberi tahu tentang gambar-gambar yang sudah dibuat dimobil ayahnya. Bukan pujian diterimanya, melainkan kemarahan yang sangat besar. Pertama kali yang kena damprat adalah sang pembantu karena dianggap tidak mengawasi ita dirumah. Baru giliran anaknya yang dihukum. Demi mendisiplinkan anak, maka ayahnya mulai mengajarkan anaknya, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan pukulan. Dipukullah kedua telapak tangan anaknya dengan apa saja yang ditemukan disitu. Mulai dari mistar, ranting, sampai lidi disertai luapan emosi yang tidak terkendali.

“ampun bah,,sakit..sakit, ampun!” jerit ita sambil menahan sakit ditangannya yang sudah mulai berdarah-darah. Si ibu hanya diam saja, seolah-olah merestui tindakan disiplin yang ditegakkan oleh suaminya.

Puas menghajar anaknya, si ayah menyuruh pembantu untuk membawa ita kekamarnya. Dengan hati yang teriris sang pembantu membawa ita kekamarnya. Sore hari ketika dimandikan, ita menjerit-jerit menahan pedih. Esoknya tangan ita mulai membengkak, sementara ayah ibunya tetap bekerja seperti biasa. Ketika dilaporkan oleh pembantunya, ibu ita hanya mengatakan, “ Oleskan Obat saja.! ”

Hari berganti hari, hingga suhu badan ita mulai panas karena luka tangannya sudah terinfeksi. Ketika dilaporkan, orangtuanya pun hanya mengatakan supaya diberi obat penurun panas. Hingga suatu malam, panasnya makin tinggi, bahkan ita mulai menggigil. Buru-buru mereka membawa ita yang sudah tampak melemah kerumah sakit malam tu juga.

Hasil diagnosis dokter menyimpulkan bahwa demam ita berasal dari tangannya yang sudah infeksi dan busuk akibat luka-lukanya. Setelah seminggu diopname disana, dokter memanggil ayah ibunya dan mengatakan “tidak ada pilihan lain”.

Dokter mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena infeksi yang terjadi sudah terlalu parah. “ini sudah bernanah dan membusuk, untuk menyelamatkan nyawa ita, tangannya harus diamputasi”.

Mendengar berita ini, orang tua ita bagai disambar petir. Dengan air mata berurai dan tangan yang bergetar, mereka menandatangani suart persetujuan amputasi anak yang paling dikasihinya.

Setelah sadar dari pembiusan operasinya, ita terbangun sambil menahan rasa sakit dan bingung melihat tangannya yang dibalut kain putih. Lebih kaget lagi, melihat kedua orang tua dan pembantunya menangis dismpingnya. Sambil menahan rasa sakit, ita berkata kepada orang tuanya, “abah..mama..ita tidak akan melakukannya lagi.. ita sayang abah, sayang mama,,juga sayang bibi... ita minta ampun sudah mencoret-coret mobil abah! Si ibu dan ayah semakin menangis mendengar kata-kata ita tersebut.

“bah, sekarang tolong kembalikan tangan ita, untuk apa diambil. Ita janji tidak akan melakukannya lagi. Bagaimana kalau nanti ita mau main dengan teman-teman karena tangan ita sudah diambil. Abah..mama..tolong kembaliin, pinjam sebentar saja. Itamau menyalami abah, mama dan bibi untuk minta maaf!.”

Menyesal bagi kedua orang tua ita sudah tiada guna, nasi sudah menjadi bubur...

iKz.. tulisan niy ngingetin qw ma orangtua qw.. scara mreka suka ngaseh hukuman yang belebihan ma qw.. hhhehhe salah qw jugag sie.. sapa suruh bandel jadi anak.. wekekeke

tapi tulisan niy mungkin bisa jadi pelajaran (terutama buat saya sendiri) agar kita menjatuhkan hukuman tidak sembarangan apalagi kepada anak-anak yang jelas-jelas belum bisa berfikir matang..
tapi gemana pun jugag..Luph u Mom.. dad...

0 Comment:

Posting Komentar